DIPI: Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia, Darah Segar Bangkitkan Penelitian Indonesia

T. Djamaluddin

Kepala LAPAN

DIPI-0

Direktur Eksekutif dan Dewan Pengarah Ilmiah DIPI (Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia) saat peresmian DIPI.

Saya menghadiri peresmian DIPI/ISF (Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia/Indonesian Science Fund) di Gedung Kementerian Keuangan, Rabu, 30 Maret 2016. Saya menilai berdirinya DIPI bisa menjadi darah segar yang membangkitkan penelitian Indonesia mengejar ketertinggalannya. Berikut ini catatan saya dari pertemuan tersebut dilengkapi dengan bahan dokumen AIPI “SAINS45: Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia Menyongsong Satu Abad Kemerdekaan“.

DIPI adalah lembaga mandiri di bawah naungan AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang menyediakan pendanaan berkelanjutan bagi penelitian fundamental di garis depan (frontiers) berdasarkan kualitas, orisinalitas gagasan, dan kapabilitas. DIPI didukung oleh LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan), Australian Aid, US-AID, dan UK-Newton Fund. Berikut info grafis yang memberi gambaran lengkap tentang DIPI:

DIPI-0

DIPI dengan lembaga nasional dan internasional pendukungnya.

DIPI-1

Mekanisme pendanaan DIPI tidak terikat dengan siklus tahunan anggaran negara.

DIPI-2

DIPI memberikan hibah untuk penelitian fundamental di garis depan (frontier) berdasarkan kompetisi.

DIPI-3

Penelitian yang didanai dikelompokkan dalam 8 Bidang.

Apa yang dimaksud penelitian “fundamental di garis depan (frontier)”? DIPI merujuk pada dokumen AIPI “SAINS45: Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia Menyongsong Satu Abad Kemerdekaan“, yaitu 45 tantangan ilmiah yang dikelompokkan dalam 8 bidang (mengambil filosofis 17-8-1945).  Berikut ini garis besar 8 Bidang dengan 45 tantangan ilmiah yang harus dijawab:

I. IDENTITAS, KERAGAMAN, DAN BUDAYA
1. Apa yang Menjadikan Indonesia “Indonesia”?
2. Torang Samua Basudara: Satu Bangsa di Tengah Keragaman
3. Nasionalisme di Era Transnasionalisme, Bagaimana Bertahan?
4. Bagaimana Teknologi Akan Membentuk Ulang Kemanusiaan?
5. Nusantara, Tapak Perjalanan Evolusi Manusia?
6. Arsitektur Sains Berubah: Bagaimana Indonesia Menghadapinya?

II. KEPULAUAN, KELAUTAN, DAN SUMBER DAYA HAYATI
7. Megabiodiversitas: Bagaimana ‘Bahtera Nuh’ Ini Akan Bertahan?
8. Merawat Keragaman Hayati Laut adalah Merawat Masa Depan
9. Di Laut Kita Jaya?
10. Pada Lautan, Bisakah Kita Sandarkan Masa Depan?
11. Kemiskinan Masyarakat Pesisir: Ironi dalam Kelimpahan
12. Potensi Laut Dalam yang Serba Ekstrem

III. KEHIDUPAN, KESEHATAN, DAN NUTRISI
13. Apakah Kita Apa yang Kita Makan?
14. Kuman Mengalir Sampai Jauh: Memahami Interaksi dengan Hewan, Manusia, dan Lingkungan
15. Tantangan Kini dan Masa Depan: Bagaimana Melawan Infeksi Secara Cerdas?
16. Menyigi Nusantara, Mencari Obat
17. Panjang Umurnya Serta Mulia: Bagaimana Tetap Sehat di Usia Tua?
18. Bagaimana Mengantisipasi Penduduk yang Akan Menua?
19. Setelah Sel Punca, Apa Lagi?

IV. AIR, PANGAN, DAN ENERGI
20. Air untuk Semua: Bagaimana Mengamankannya?
21. Pertanian Lebih Pintar untuk Pangan Lebih Banyak
22. Selain Pangan, Bisakah Vaksin dan Obat Dipanen di Ladang Pertanian?
23. Panas Bumi Andalan Energi Kita

V. BUMI, IKLIM, DAN ALAM SEMESTA
24. Memahami Pergolakan Perut Bumi Pertiwi
25. Hutan Tropis: Cuma Ditebang, Sampai Kapan?
26. Limbah Jadi Berkah, Caranya?
27. Memaknai Benua Maritim Indonesia
28. Karbon dan Perubahan Iklim: dari Bumi, Bagaimana Kembali ke Bumi?
29. Dari Khatulistiwa Meneropong Semesta

VI. BENCANA DAN KETAHANAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA
30. Hidup di Atas Bumi yang Terus Bergerak
31. Menakar Bencana Laten di Pesisir dan Laut
32. Hidup Serumah dengan Bencana

VII. MATERIAL DAN SAINS KOMPUTASI
33. Mengindra Bumi, Menghitung Kado Alam
34. Mencari Teknologi Hijau Tambang: dari Alam hingga Ladang
35. Menjaring Energi Matahari, Mari Mencari Jalanya!
36. Industri Strategis: Perlu Desain Material Seperti Apa?
37. Sains Komputasi dan Sistem Kompleks bagi Indonesia

EKONOMI, MASYARAKAT, DAN TATA KELOLA
38. Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Ekonomi, Mungkinkah?
39. Dicari! Institusi yang Menjamin dan Mendorong Kemakmuran
40. Orang Muda Akan Terus Menulis Sejarah Indonesia?
41. Bagaimana Bentuk Baru Ketimpangan dan Kemiskinan di Masa Depan?
42. Bagaimana Menapis Banjir Informasi?
43. Kebijakan Publik dan Republik: Bagaimana Dirumuskan?
44. Pendidikan yang Membangun Manusia
45. Untuk Manusia dan Kemanusiaan, di mana Hukum Harus Berdiri?

Info lebih lanjut, silakan kontak DIPI:

DIPI-4