Mempersatukan Ummat Dengan Mengupayakan Titik Temu dan Menghapus Superioritas


T. Djamaluddin

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, LAPAN

Anggota Badan Hisab Rukyat, Kementerian Agama RI

Sistem kalender sebagai formalisasi sistem penentuan waktu merupakan produk budaya yang menjadi salah satu simbol pencapaian suatu peradaban. Sistem penentuan waktu dalam peradaban Islam sudah ada, hanya belum diformalkan secara baku dan tunggal, karena sistem kalender yang dikehendaki bukan hanya untuk kepentingan adminstratif, tetapi juga untuk penentuan waktu ibadah. Kalender Ummul Quro di Arab Saudi hanya dimaksudkan sebagai kalender administratif, sedangkan untuk kepentingan penentuan waktu ibadah mereka menetapkannya dengan mekanisme rukyat (pengamatan hilal, bulan sabit pertama).  Sebaliknya, banyak sistem kalender Islam di negara lainnya digunakan untuk keperluan ibadah, khususnya untuk penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, termasuk juga untuk penentuan waktu puasa sunnah “Hari Putih” (yaum bidh), setiap tanggal 13, 14, dan 15.

Persoalan muncul karena dikhotomi hisab (perhitungan) dan rukyat (pengamatan) yang terkait dengan sistem kalender dan penentuan waktu ibadah. Untuk sistem kalender yang merupakan perhitungan ke depan, hanya hisab yang bisa melakukannya. Hal itu sudah diketahui sejak Khalifah Ummar Ibn Khattab yang mendeklarasinya perhitungan tahun yang dimulai sejak hijrah Rasul dan sistem hisab urfi (periodik) 30 dan 29 secara bergantian. Namun, untuk penetapan waktu ibadah, ummat Islam masih banyak yang menghendaki rukyat hilal, walau mereka sudah mempunyai kalender, seperti dilakukan oleh Arab Saudi, Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Mengupayakan agar sistem kalender hijriyah bersesuian dengan kenyataan rukyat telah mendorong berkembangnya ilmu falak atau astronomi di kalangan ummat Islam. Dari penelitian astronomi jangka panjang itu diperoleh tabel-tabel astronomi yang digunakan dalam perhitungan posisi bulan dan matahari. Formulasi perhitungan posisi bulan dan matahari dinyatakan dalam bentuk tabel itu memudahkan perhitungan secara bertahap. Namun dengan berkembangnya teknologi komputer, formulasi tidak lagi sepenuhnya dengan menggunakan tabel, tetapi disederhanakan dengan formulasi matematis, kecuali untuk koreksi yang memerlukan kecermatan tinggi tetap digunakan tabel dengan sekian banyak deratan angka.

Dengan berkembangnya ilmu hisab dengan sekian banyak kemudahannya (termasuk program-program komputer yang praktis), ilmu hisab cenderung membuat sebagian orang terlena sehingga melupakan akarnya. Rukyat dicampakkannya. Padahal bagi ahli falak atau para astronom (baik profesional maupun amatir), kalau pun hisab astronomi sudah dikuasai, konsep dasar rukyat harus lebih awal mendasarinya. Dengan demikian bagi astronom hisab dan rukyat itu setara. Saat ini banyak ahli hisab yang bukan lagi ahli falak, mereka tidak faham rukyat sebagai akar ilmu hisab, bahkan cenderung antirukyat. Ahli hisab seperti itu cenderung sekadar pakar komputasi, tanpa faham fisis astronomisnya.

Superioritas vs Titik Temu

Dengan ilmu hisab, baik yang dikuasai secara pribadi atau  dianggap dikuasai oleh kelompoknya, kadang muncul perasaan superioritas. Dulu memang hisab dianggap ilmu yang rumit dan susah, sehingga tidak banyak orang yang menguasainya. Dengan superioritas itu sering muncul kebanggaan seolah ahli hisab lebih unggul dan lebih pintar dari ahli rukyat. Dalam beberapa kesempatan, ungkapan seperti itu muncul. Dan yang terbaru, ungkapan di media massa, “Kami sudah bisa menetapkan awal puasa, juga hari raya, sampai 100 tahun ke depan. Hal itu karena kami memiliki rumus esakta, seperti astronomi dan falak…”. Mereka merasa menguasai astronomi, padahal bukan hakikat astronomi yang sesungguhnya. Ilmu hisab hanyalah salah satu alat bantu astronomi, sedangkan pemahaman fisis astronomisnya yang lebih substantif kadang terabaikan. Pemahaman fisis astronomis tak dapat lepas dari pemahaman rukyat juga.  Semestinya seseorang tidak berhak mengaku menguasai astronomi atau ilmu falak, kalau hanya berbekal ilmu hisab, tanpa ilmu rukyat.

Untuk mempersatukan ummat, dikhotomi hisab dan rukyat harus dihilangkan. Astronomi bisa memberi solusi yang mempertemukan hisab dan rukyat. https://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/08/19/astronomi-memberi-solusi-penyatuan-ummat/. Secara nasional dan internasional sedang diupayakan agar ada titik temu hisab dan rukyat dengan memasyarakatkan hisab imkan rukyat atau hisab visibilitas hilal, yaitu hisab yang memperhitungkan kemungkinan berhasilnya rukyat dan sekaligus digunakan pada rukyat yang memperhitungkan hasil hisab. Ada suatu timbal balik yang sinergis dan saling mendukung. Dengan hisab imkan rukyat, tidak ada lagi penentuan awal bulan sekadar berdasarkan hilal wujud yang tidak mungkin dirukyat. Dan dengan hisab imkan rukyat pula tidak akan ada lagi pengakuan kesaksian hilal yang sangat diragukan.

Upaya mencari titik temu itu bukan hal yang mudah. Kementerian Agama sudah mengupayakan dialog terus menerus sejak tahun 1990-an. Alhamdulillah, tahun 1998 semua ormas Islam pelaksana hisab rukyat bersepakat untuk menerapkan kriteria imkan rukyat “2-3-8”, tinggi bulan minimal 2 derajat dan jarak bulan-matahari minimal 3 derajat, atau umur bulan minimal 8 jam. Sayangnya Muhammadiyah menolaknya, dengan alasan itu tidak ilmiah. Memang kriteria “2-3-8” yang juga diterima sebagai kriteria MABIMS (Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) belum sepenuhnya didasarkan pada data astronomi, tampaknya hanya berdasarkan kitab-kitab fikih dan beberapa hasil rukyat terendah yang dilaporkan. Kesepakatan itu dikuatkan pada pertemuan September 2011, karena upaya untuk mengubah ke arah yang lebih astronomi masih terkendala penggunaan wujudul hilal yang berpotensi meningkatkan frekuensi perbedaan.

Lalu, mengapa upaya mempersatukan ummat terkesan memojokkan Muhammadiyah? Amar ma’ruf nahi munkar haruslah proporsional. Saya sama sekali tidak memojokkan Muhammadiyah sebagai organisasi besar yang sudah banyak berkontribusi pada kehidupan bangsa dan kesejahteraan ummat. Tidak ada niatan untuk memojokkan salah satu pihak, selain untuk mengajak semua pihak agar terbuka berdialog mencari titik temu. Saya hanya mengkritisi kriteria hisab wujudul hilal yang menjadi sebab terjadinya perbedaan ketika posisi bulan rendah. Dialog sudah diupayakan agar ada titik temu. Sayangnya upaya dialog menjadi buntu karena ada perasaan superioritas yang mengakar di hampir semua lapisan Muhammadiyah, seolah hisab lebih unggul dari rukyat dan seolah hisab itu hanya dengan wujudul hilal. Padahal hisab dan rukyat itu setara dan hisab bukan hanya dengan wujudul hilal, tetapi bisa juga dengan kriteria imkan rukyat yang bisa mempersatukan hisab dan rukyat.

Sebagai bagian dari amar ma’ruf nahi munkar juga, superioritas yang menghambat harus dihapus. Edukasi publik harus dilakukan terus menerus bahwa wujudul hilal itu secara astronomi sudah usang. https://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/05/23/konsep-geosentrik-yang-usang-menginspirasi-wujudul-hilal/ . Dari segi dalilnya pun, mendasarkan wujudul hilal dengan QS 36:40 sungguh tidak tepat, karena ayat itu merupakan satu kesatuan dengan QS 36:38-39 bahwa matahari dan bulan punya orbit masing-masing, seperti disimpulkan pada akhir QS 36:40. Karena dasar QS 36:40 yang mendasari wujudul hilal tidak benar, maka penentuan waktu ibadah berdasarkan wujudul hilal merupakan kreasi yang tanpa didasari ketentuan syar’i. Hadits rukyat diabaikan, sementara landasan Quran yang digunakan dimaknai keliru, jadilah wujudul hilal adalah produk bid’ah. https://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/07/04/hanya-karena-membela-bidah-wujudul-hilal-yang-usang-muhammadiyah-memilih-tafarruq/ .

71 Tanggapan

  1. Padahal penyakit superioritas Pak Djamaluddin ini sebenarnya jauh lebih akut 😛 Bukti konkritnya adalah: tidak pernah mau mengaku salah meskipun sudah jelas-jelas melakukan kesalahan dinilai dari kaca mata pihak ketiga (contoh kasus: “wakil Muhammadiyah”, “awan Cb”).

    • asslkum. wr. wb. apa susahnya bertemu duduk dan berdiskusi mencari jalan yang terbaik untuk PERSATUAN dan KESATUAN umat, orang yang bijak mau mendengarkan USULAN dari orang lain, tidak berdosa kan.? Negara ini memiliki pemimpin, serahkan kepada pemimpin toh pemimpin yang bertanggung jawab dunia dan akhirat, kita diperintahkan untuk patuh pada pemimpin. wasslkum wr.wb.

  2. Semoga semua pihak di seluruh Dunia, di manapun berada, baik di Indonesia, Asia Tenggara, Asia, Amerika, Eropa, Australia, Afrika, dll,
    ingin Bertemu dalam 1 kriteria,
    sehingga tercipta 1 kalender Hijriyah Global yang sama … amin…

    .

    Nah, bagaimana Kubu yang ngotot Penetapan Harus Menunggu Laporan Hilal ?… Apakah bapak-bapak ingin bertemu ?… 🙂

    – Muhammadiyah dan Ummul Quro bisa kita minta
    Naikkan kriteria Kalender Hijriyahnya menjadi Kriteria Imkan Rukyat hasil Pengamatan Ilmiah…

    – Otoritas Arab Saudi, Kementerian Agama RI, dll diminta :
    Tidak Perlu melakukan Penetapan Awal Bulan Harus selalu Menunggu Laporan Hilal,
    Penetapan Penanggalan Hijriyah dilakukan jauh-jauh hari dan untuk waktu yang lama (misalnya untuk 100 tahun ke depan)…

    – Dan tak lupa Gunakan Matlak Global !
    sehingga suatu Tanggal dalam Penanggalan Hijriyah seluruh dunia berhari yang sama…

    Dengan begini InsyaAlloh umat Islam akan Happy Ending… 🙂

  3. Ass wr wb. Dalil syar’i adalah universal dan fleksibel, bisa diterapkan dimana saja, bisa utk lokal dan bisa juga utk global, shg kita tidak bisa bersepakat untuk “tidak /kurang sepakat”thd dalil syar’i. Apalagi menggunakan matlak global yg berwawasan lokal spt memaksakan matlak lokal agar berlaku global, hasilnya akan semakin jauh menyimpang dr dalil syar’i. Karena itu marilah bersepakat menggunakan matlak nasional yg berwawasan global dg tetap memenuhi dalil syar’i. Wass wr wb.

    • Ya Sudah… Ndak usah repot-repot…
      Berarti pak Bambang tidak mau “Bertemu”…

      Nah bagaimana Bapak-bapak yang lain ?… 🙂

  4. Ass wr wb. Terkadang manusia lupa bhw otak cerdas yg dimilikinya adalah bukan buatannnya sendiiri melainkan ciptaan Allah SWT, demikian juga kecerdasannya juga merupakan hidayah Allah SWT. Sehingga krn itu, terkadang pula manusia lebih memilih hasil olah pikir yg menyimpang dr dalil syar’i . Semoga kesepakatan yg diputuskan bersama berdasarkan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi), tetap dilandasi IMTAQ (Imam dan Taqwa), amin. Wass wr wb.

  5. Ass wr wb. Maaf ada salah tulis, TERTULIS : IMTAQ (Iman dan Taqwa, SEHARUSNYA : IMTAQ (Iman dan Taqwa). Wass wr wb.

  6. Profesor Thomas katanya hanya mengkritisi, amar makruf nahi munkar terhadap Muhammadiyah, bukan memojokkan, tetapi dilihat dari sudut manapun Prof Thomas dauah memojokkan Muhammadiyah, bahkan mengatakan Muhammadiyah melakukan Bid’ah.
    Hisab Imkan Rukyat membuat tahun ini Bulan Purnama di tanggal 13 !, begitu juga Tahun lalu, setelah PEmerintah memutuskan 1 Syawal mundur satu hari dari kalender resmi 2011.

    Langkah yang harus ditempuh apabila pengin menyatukan Umat Islam dalam hal penentuan hari-hari penting adalah mengajak mereka-mereka yang masih me rukyat bulan secara fisik, baik dengan mata kepala sendiri maupun dengan bantuan alat-alat optik untuk berhenti melakukan itu, tetapi murni menggunakan hisab, baru kriterianya disepakati.

    Sangat konyol bahwa untuk penentuan 1 Syawal nanti tetap akan dilakukan rukyat di puluhan titik dengan biaya yang tidak kecil, padahal sudah dapat dipastikan bahwa 1 syawal akan jatuh pada tanggal 19 Agustus, lalu buat apa Rukyat dilakukan ?
    Kalau rukyat dilakukan karena Nabi melakukan, sampai kapanpun kalender Islam yang bisa diterima oleh semua pihak di Indonesia tidak akan pernah bisa terwujud, sebab percuma susah-susah membuat kalender, kalau pada akhirnya tetap saja tidak bisa dijamin kepastiannya hanya gara-gara ada yang masih meyakini bahwa penentuan tanggal2 penting tetap harus dirukyat secara fisik.
    Kasihan Umat Islam Indonesia.

    • Itulah salah satu cara pandang ahi hisab yang bukan ahli falak, seperti saya tuliskan di atas. Ahli hisab yang bukan ahli falak cenedrung antirukyat. Ahli falak/astronomi memandang hisab dan rukyat setara.

      • Asslkum. wr.wb. Yang terhormat prof djamaludin, bisa tidak pak kalender ini dibuat secepatnya tanpa ada persetujuan dari pihak superioritas, karena selama kita berkonflik dengan mereka kita tidak akan pernah punya kalender sendiri, umat islam di indonesia akan selalu terkotak-kotak. jangan sampai persatuan dankesatuan umat terhambat oleh kelompok tersebut. terima kasih wasslkum. wr.wb.

      • Kalender bisa dibuat. Ormas-ormas sudah buat masing-masing sesuai dengan kriterianya. Secara pribadi saya pun bisa membuat kalender sesuai kriteria astronomi. Tetapi untuk apa, kalau itu belum disepakati?

      • tapi kan awal ramadhan ini anda sudah tahu kalo hilal belum mencapai 2 derajat,,tetapi kenapa tetap saja di lihat??

  7. Pertanyaan sederhana tapi tajam dari saudara Portgas.
    Tanggal 19 Juli kemarin, berdasarkan hisab, ketinggian hilal belum mencapai 2 derajat yang katanya tidak bakalan terlihat secara visual.
    Buat apa berusaha melihat hilal yang 99,9% tidak bakal terlihat ?
    Untuk 1 Syawal besok, yang secara perhitungan katanya ketinggian Hilal sudah sekitar 7 derajat, mengapa masih harus berusaha melihat sesuatu yang sudah jelas bakal terlihat ? Bukankah ini sesuatu yang sia-sia saja ? mubazir ?
    Meskipun tidak terlalu tepat, ini bisa dianalogikan dengan kita akan menjemput seseorang yang naik kereta Api yang dijadwalkan jam 10 akan sampai Gambir, apakah kita harus naik ke puncak gedung tertinggi di Jakarta untuk memastikan bahwa lokomotifnya harus terlihat (Rukyat) baru kita yakin bahwa betul keretanya akan segera tiba ?
    Sementara dari jadwal keberangkatan dll. kita sudah bisa memperhitungkan bahwa Kereta tersebut akan tiba di gambir pada jam yang telah dijadwalkan ? (Hisab)
    Padahal dibandingkan jadwal KA yang amburadul, peredaran bulan dll. jauh lebih teratur dan lebih sempurna.

  8. jangan ngotot jadi orang yang suka ngotot,celotehmu nyampah banget din jamal emprot

  9. Mf pk thomas, disitulah kelemahan bpk. Trs terang aja sy sdh baca semua konsep bpk unt usulan kalender tunggal hijriyah indonesia. menurut sy kalau kriterianya dulu disepakati akan sulit unt disatukan. Audah, jamaluddin ar-raziq, nidal gassoum, dll adalah astronom muslim yg mengusulkan kalender global baik dgn 2 zona maupun kalender terpadu, Mrk ini menawarkan konsep dulu bukan kesepakatan dulu & publik yg menilainya mana yg lbh akurat. Seharusnya bpk buat dulu kalender dgn konsep yg tentunya sdh diuji unt sekian thn lalu dipublikasikan nnt terserah masyarakat yg akan menilainya. satu lg menurut sy ahli hisab bkn anti rukyat, tetapi spt yg bpk bilang skr unt hisab sdh mudah unt apa lg dilakukan rukyat kan sdh ada sarana lain yg lebih mudah. Seharusnya yg melakukan rukyat itu adalah org2 yg berkompeten di bidangnya spt bpk.

  10. Apa pk thomas sdh pernah melakukan rukyat unt menyempurnakan konsep 4 derajat yg bpk usulkan?

  11. Sebetulnya tidak ada masalah dalam hisab dan rukyat, yang masalah itu ada di hati masing-masing pemimpin ummat. Bukunya saya belum punya Prof. trims.

  12. Propesor goblog sampai kapanpun akan terbelenggu virus pembodohan.

  13. Saya sangat memimpikan bahwa kelak ,di indonesia akan bermunculan ahli astronomi baru ,yang bisa seperti bapak pemberani ,dan rendah hati , semoga bapak masih tetap di jaga oleh ALLAH SWT dan tetap menjadi teladan dalam pembaharuan saints secara islami amin

  14. Semoga cita-cita bapak iklas,untuk mempersatukan umat islam indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya menjadi cita-cita mulia dan semoga ALLAH SWT meridhoiNYA amin

  15. Assalamu ‘alaikum Pak Jamal. Usul pak. Bagi Ormas Islam yg telah sepakat segera saja menyusun Kalender Hijrah utk wilayah Indonesia, sesuai kreteria yg disepakati. Jagan tunda lagi. Yg belum/tdk mau ikut ditinggalkan dulu. yg penting ada kalender hijrah yg jadi pedoman yg dikeluarkan oleh Pemerintah (Kemenag). Jangan karena satu ormas, akibatnya umat Islam Indonesia tdk punya kalender yg bisa dipakai secara nasional. Sebab tdk semua umat ini menjadi anggota salah satu ormas Islam. Rasanya jumlah umat Islam tdk punya ormas Islam jumlahnya lebih banyak.

    • Mohon maaf Prof Tomas dan para Ahli, sy Moelyana, jika diijinkan untuk menyampaikan beberapa Firman ALLAH dalam AlQuran. Bukan berarti sy yg awam ini bukan bermaksud menggurui, QS 49/10”…sesama mukmin bersaudara maka berbuat baiklah” dan ketika berdoa pun ALLAH memerintahkan untuk memintakan ampun Mukminin dan Mukminat (QS 47/19), tetapi dalam setiap gerak seharus dibimbing oleh kesadaran Qolbu spt pd QS 22/46”….lahum quluubun ya’qiluun bihaa (ada hati untuk memahami/berpikir)…” apa bisa Qolbu untuk memahami, spt QS 2/97 (alquran harus dimasukkan kedalam Qolbu). Bahwa AlQuran itu QS.2/185”….hudalilnasi ..” tetapi ALLAH mengkhususkan QS 3/139’… hudaa wa mau’idzat lil muttaqiin (taqwa/insaf/sadar)
      QS 2/185 “…siapa yang membuktikan syahro itu…”, yg mana bisa dengan QS 17/12”…hisaaba (perhitungan)…” juga QS 55/5 “…diperhitungkan” dan jika hasil perhitungan itu bisa didukung bukti nya spt QS.6/67 “Bagi setiap kabar (nabaa) ada fakta yang ditentukan (mustaqorrun) dan akan kamu ketahui nantinya/kelak, dan QS.38/87 “Bahwa dia (AlQuran) melainkan pemikiran/peringatan bagi seluruh manusia” QS.38/88 “Dan akan kamu ketahui perkabarannya (pembuktiannya) sesudah waktunya”. Agar para Mutaqqiin itu QS 6/75”…agar dia termasuk orang-orang yakin” dan QS 15/99”sembahlah TUHAN-mu hingga keyakinan/kepastian datang padamu” bahwa kita harus ALLAH akan membukakan keilmuan untuk kebaikan para Mutaqqin (QS 57/22). Amin. Sekali lagi mohon maaf sebesar-besar Prof Tomas dan Para Ilmuwan. QS 29/49”bahwa dia Ayat2 yang menerangkan dalam dada orang-orang yang diberi ilmu….” Dan QS 34/6”Akan melihat orang-orang yang diberi ilmu yang diturunkan kepadamu dari TUHAN-mu itu HAQ serta memberikan tuntunan…”

    • Kalender atas dasar kesepakatan itu sudah ada, namanya Taqwim Standar Indonesia yang dikeluarkan Badan Hisab dan Rukyat, Kemnetrian Agama RI. Untuk Taqwim Standar 2012 silakan lihat http://bimasislam.kemenag.go.id/home/50-info-terbaru/327-kalendar-taqwim-standar-indonesia-kemenag-ri-tahun-2012-masehi1433-1434-hijriah.pdf

  16. Profesor Djamaluddin yang terhormat, saya penasaran dengan argumen bapak bahwa Muhammadiyah melakukan bid’ah dalam hal penentuan awal Ramadhan, 1 Syawal dan Iedul Adha,.karena menetapkan sesuatu tidak berdasarkan Syariat Nabi, karena mendasarkan hanya pada perhitungan semata.

    Di bawah ini saya petik salah satu Hadits yang menerangkan waktu-waktu Sholat :

    Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu `anhuma bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),

    “Waktu shalat Zhuhur adalah setelah tergelincirnya matahari sampai saat bayangan seseorang sama seperti tingginya selama belum masuk waktu Ashar. Waktu shalat Ashar selama matahari belum menguning, sedangkan waktu Maghrib selama awan merah di langit belum hilang. Adapun waktu shalat Isya’ hingga tengah malam yang pertengahan, dan waktu shalat Shubuh sejak terbitnya fajar hingga sebelum terbitnya matahari

    Jika bapak berpegang teguh bahwa seharusnya kalender dan penentuan waktu yang berkaitan dengan peribadatan harus sesuai dengan tuntunan Nabi dan dilakukan secara harafiyah sebagaimana penentuan 1 Ramadhan, 1 Syawal dll., maka selamanya bapak dan para pengusung rukyat musti melihat terlebih dahulu terbit nya fajar untuk memastikan waktu sholat subuh, tergelincirnya matahari untuk menetukan saat sholat Dzuhur, ukuran bayangan saat waktu Ashar, terbenamnya matahari untuk menentukan waktu Maghrib dst.dengan mengamatinya secara langsung seperti yang disebutkan dalam hadits tersebut untuk menentukan waktu sholat yang ditandai dengan Azan SETIAP HARI.

    Faktanya ?
    Semua Azan sebagai penanda 5 waktu sholat saat ini dilakukan berdasarkan perhitungan, bukan pengamatan.
    So…wake up prof.

    • Argumentasi bid’ahnya wujudul hilal (bukan soal perhitungannya) bisa dibaca di https://tdjamaluddin.wordpress.com/2012/07/04/hanya-karena-membela-bidah-wujudul-hilal-yang-usang-muhammadiyah-memilih-tafarruq/
      Apakah ada perintah “merukyat” untuk waktu shalat? TIDAK ADA. Tetapi untuk berpuasa, hadits secara tegas memerintahkan “shuumu li ru’yatihi …” yang dijadikan dasar bagi sebagian ummat Islam tentang kewajiban untuk merukyat, walau mereka sudah bisa menghisabnya. Itu bentuk ketaatan (ta’abudi). Saya menghargai pendapat kalangan yang menghendaki rukyat, karena saya menganggap HISAB DAN RUKYAT SETARA.

      • “Berpuasalah jika melihat Hilal” – Hadits
        “Waktu dzuhur adalah ketika matahari tergelincir dst….” – Hadits
        Menurut Prof Thomas, Hadits yang pertama adalah penegasan perintah Rukyat, sedangkan Hadits yang kedua tidak ada penegasan untuk itu “merukyat” matahari dll.
        Kalau penegasan itu semata-mata hanya karena dicantumkannya kata Rukyat dalam Hadits pertama dan tidak dicantumkan dalam hadits kedua, maka saya tidak mengerti, apakah kita dapat memastikan waktu dzuhur tanpa melihat kondisi matahari ?
        Well, saya kira sekaliber Anda pastilah sangat faham bahwa meskipun di Hadits yang kedua tidak dicantumkan kata Rukyat, namun perintah untuk melihat matahari itu juga diberikan baik secara baik eksplisit maupun implisit..
        Lalu seandainya pun perintah harafiah yaitu kata rukyat yang harus dipatuhi, maka hadits yang mana yang memerintahkan SECARA EKSPLISITpelaksanaan rukyat untuk menentukan tanggal 1 Dzulhijjah yang berpengaruh pada datangnya Iedul Adha ? tentu saja tidak ada,,,hehehehe sungguh sebuah inkonsistensi sikap yang nyata.

        Kalau Hadits harus dimaknai secara harafiah kata-perkata, maka seorang Professor Thomas Djamaluddin harusnya berjenggot (Di dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
        “Artinya : Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot memanjang, selisihilah orang-orang Majusi” , berjubah dan naik haji dengan berjalan kaki atau menunggang Unta yang kurus (Q 22. 27 : Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh).
        Wassalam.

      • Karena tak ada perintah rukyat untuk Dzulhijjah itulah, maka sidang itsbat untuk Dzulhijjah tidak selalu dilaksanakan, hanya bila diperlukan. Dzulhijjah lebih banyak ditentukan secara hisab, walau rukyat juga dilakukan.

      • Ass wr wb.
        Disamping TIDAK ADA perintah merukyat “posisi matahari waktu sholat”, jadwal waktu sholat yang ada saat ini hanya ada “SATU VERSI” yaitu yg dikeluarkan oleh Kementeria Agama RI. Sepanjang yg menjadi obyek hisab “sama” yaitu posisi matahari waktu sholat,maka sangat tipis kemungkinannya ada versi yag lain. Namun demikian Kementeria Agama pasti akan mengakomodir usulan untuk melakukan “rukyat posisi matahari waktu sholat” jika ada pihak yg menghendaki disebabkan karena adanya “keraguan” dan/atau adanya jadwal waktu sholat versi yg lain.
        Rukyat posisi matahari waktu sholat perlu dilakukan utk “MEMBUKTIKAN” versi jadwal waktu sholah yg mana yg benar.
        Demikian juga dg “RUKYATUL HILAL”, karena adanya berbagai kalender yg disusun dg metode yg beragam pula dimana masing2 bersikukuh dg keakuratannya maka perlu dlakukan utk membuktikan kalender yg mana yg akurat.
        Sepanjang yg menjadi obyek hisab adalah “PENAMPAKAN HILAL”, maka pihak2 yg mengeluarkan kalender TIDAK PERLU RISAU apalagi sampai MENOLAK rukyatul hilal karena sebagai umat muslim yg ber-IMAN sudah tentu TIDAK MAU MENDAHULUI KETETAPAN ALLAH SWT yaitu PENAMPAKAN HILAL yg berhasil dirukyat, sebagai bukti nyata atas hisab yg dilakukan.
        Wass wr wb.

    • saya kira pak thomas juga gak paham masalah hadits sumu lirukyatihi. PUASALAH kalau melihatnya (hilal)….coba anda renungkan dalam-dalam. mana perintah rukyatnya. dalam struktur kalimat perintahnya adalah PUASA. Sedangkan melihat hilal adalah keterangan sebabnya. Coba bandingkan dengan kalimat ” MAKANLAH karena engkau LAPAR”. Coba kita renungkan, Perintah dalam kalimat kedua MAKAN atau LAPAR ? kalau perintahnya lapar maka kita perlu belajar bahasa indonesia lagi.

      • Perdebatan masalah dalil sudah ratusan tahun dibahas para ahli fikih. Astronom ingin mempertemukan hisab dan rukyat secara setara, tanpa mempermasalahkan dalilnya. Titik temu hisab dan rukyat adalah hisab imkan rukyat (visibilitas hilal).

      • Ass wr wb.
        riy, on 26 Agustus 2012 at 06:35 said :
        ………………..masalah hadits sumu lirukyatihi. PUASALAH kalau melihatnya (hilal)….coba anda renungkan dalam-dalam. mana perintah rukyatnya. dalam struktur kalimat perintahnya adalah PUASA.
        …………….
        Pemahaman saya mengatakan bahwa “PERINTAHNYA” adalah bukan satu kata PUASALAH melainkan “satu kalimat utuh” yaitu PUASALAH KALAU MELIHAT HILAL.
        Aturan umum mengenai perintah “PUASALAH” ada juga di ayat Al Quir’an yg lain misalnya : “PUASALAH SAAT DATANGANYA BULAN RAMADHAN”.
        Jadi perintah “PUASALAH” itu aturan umum, sedangkan aturan khusus yg lebih rinci hrs dipahami kalimatnya lengkap.
        Oleh karena itu, perintah dalam hadist diatas adalah PUASALAH KALAU MELIHAT HILAL, dimana utk dpt “melihat hilal” perlu dilakukan rukyat..
        Wass wr wb.

  17. perbedaan antara muhammadiyah dn pmrintah hny pd kriteriax sj, tp pd prinsipx kedua versi kriteria yg di maksud sdh dapat mengetahui lbih awal kpn akan msukx bulan baru itu, hny pemerintah cenderung msh pngen mnghabiskan anggaran untk plaksanaan sidang istbat, di banding mengalokasikan anggaran sidang tsb untuk kepentingan umat

  18. sudah ketinggalan jauh kak,muhammadiyah dan arab saudi dengan kalender yang sudah disepakati islam dunia,kalau kelender hijriyah nasional baru mau dibikin tokohnya tetap aja jamal,itu kalendernya jamal bukan kalender nasional indonesia ..ga laku cak..guk guk

  19. Terima kasih bapak Tomas menginspirasi pemuda indonesia untuk selalu beruba ke arah kebersamaan ,betul kata bapak effendy akmal ,kita punya kalender hijriah untuk indonesia . karena saya percaya bapak lebih ilmiah dan lebih intelek.

  20. Maju terus pak T.Djamal ,memang pembaharu selalu mendapat tantangan walaupun bukti secara ilmiah dan akal sudah ada .
    Ya begitulah dalam ber amal ma’ruf nahi mungkar

  21. Kalau saya berpikir positip saja kalau memang bersatu itu lebih baik , kenapa kita harus bercerai berai, kita lahir di tumpah darah yang sama ,kita mempunyai keyakinan yang sama , kita punya kitab suci yang sama, Tanah yang kita pijak adalah tanah yang sama indonesia raya . alangkah indahnya bila kebersamaan terwujud , kita kuat bila bersatu. mari kita , Nabi Muhammadpun menghendaki kalau bisa , kita bersatu baik beribadah maupuan bernegara.

    Kita memang perlu punya pelopor dalam persatuan islam , kita harus sepakat ,untuk menyisihkan ego kita,kesombongan kita , agar ukhuwah islamiyah lebih tampak . dan setiap tokoh menjadi pendorong untuk bersatu semoga apa yang menjadi , sumbangsih dari pakar astronomi seperti pak T. djamaludin bisa terwujud amain

  22. Thomas tidak mampu mengalahkan penjelasan ilmiahnya kalender Hijriah yang sudah di sepakati islam dunia saat ini, ide thomas hanyalah pemikiran lari ditempat,diskusi sama ARGRES saja kelimpungan,nah ilmiahnya thomas terpatahkan sama ARGRES, profesor yang bagaimana jamal ini?

  23. Argumen hebat itu bukan menulis,tapi temu tatap muka,mengapa thomas menghindar tatap muka? nah tulisan panjang argumen diblog ini hasil dari berapa lama waktu pikir untuk mencari cari kosa kata pembenaran? kalau memang hebat kemampuan berargumen unjuk giginya adalah temu tatap muka dan bicara dasar kuatnya keilmuan sesorang,tapi thomas nglimprek begitu masuk ronde debat pada waktu tertentu…..nyata benar ketidakmampuannya berilmiah sebab memang tidak ditemukan dasar kuat untuk pembenaran yang buta… kekuatan ilmu itu akan terpercaya bila dasar pebenarannya juga OKE,jamal apa? debat saja gowes lari pakai alasan sejuta ….itu pertanda level teri,

  24. orang kalau egonya yang di dahulukan hasilnya ,ngomongnya nggak ilmiah dan cenderung sombong , suka mencaci maki orang , saya pribdai dengan organisasi ini jadi nggak simpati lagi dulu organisasi ini saya gadang-gadang jadi pembaharu islam indonesia , tapi ternyata orangnya egonga sangat tinggi dan bicaranya orakan tidak punya toto kromo, Maju terus pak T dajamludin semoga bapak menjadi kuat dan berhasil menyatukan kalender Hijriah

    • pret

    • jamal toto kromonya dimana? baca saja judul posting blog lainnya,judulnya saja sudah memancing selisih…apanya yang toto kromo …pret

    • perlu anda tahu saya warga simpatisan saja,bukan anggota ORMAS tertentu,saya hadir dengan komentar di blog ini oleh karena judul tulisan diblog ini memang sudah memancing selisih tidak sehat..silahkan anad cari judul postingnya ,,,memang blog ini sudah tidak mengajak berbahasa toto kromo…ingat

    • ah mba indah bisa aja,, ko saya melihat justru mba indah yang emosi,,,
      apa coba dasar pendapat mba indah yg mengatakan “ngomongnya ga ilmiah dan cenderung sombong” ditambah “suka mencaci maki orang lagi”,, Duuuh
      saya garis bawahi juga yang katanya “ga punya toto kromo”
      kalo gitu saya mewakili dari organisasi yag kata mba indah sombong, egonya tinggi dan ga punya toto kromo ini meminta maaf pada mba indah apabila ada hal yang menyinggung mba indah…..

  25. SUDAHLAH profesor.thomas jamaludin tidak usah berdebat terus anda bukanlah ahli agama ,kalo mau belajar agama saya sarankan bpk belajar dari IQRO dulu ya di madrasah ibtidaiyah….KATANYA bapak Profesor di bidang astronomi dan merupakan seorang terkemuka di dunia astronomi Majukan lah astronomi Indonesia yg terlihat mandul itu dulu lakukan terobosan buatlah inovasi buatlah teleskop terbesar dan tercanggih di dunia yg mengalahkan teleskop hubble…buatlah software astronomi yg sangat akurat mengalahkan SW opensource Stellarium yg gratisan itu…JADILAH anda seorang profesor sekaliber Stephen Hawking atau Nasiruddin at-Tusi yg berhasil memodifikasi model semesta episiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. Selain itu, ahli matematika dan astronomi Al-Khawarizmi, banyak membuat tabel-tabel untuk digunakan menentukan saat terjadinya bulan baru, terbit-terbenam matahari, bulan, planet, dan untuk prediksi gerhana.dan seperti Al-Batanni yg banyak mengoreksi perhitungan Ptolomeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu. Dia membuktikan kemungkinan gerhana matahari tahunan dan menghitung secara lebih akurat sudut lintasan matahari terhadap bumi, perhitungan yang sangat akurat mengenai lamanya setahun matahari 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. JADI BEGINI PROFESOR KALO BISA KEILMUAN BAPAK JANGAN SEKITAR BULAN2 TRUS PAK itu ilmu udah KUNO/Usang BULAN ITU SUDAH PERNAH DI INJAK2 BANGSA AMERIKA SERIKAT ITU SIH….SO yg terakhir jangan mau jadi jongos KEMENTERIAN AGAMA Ssssstt yg KATAnya korupsi pengadaan AL QURAN itu lho…bisa ga Maju2 tuh pak “ATAU” jangan2 kemarin sehabis sidang Isbat bapak dapat angpau ya.. nanti sidang isbat tgl.18 pasti dapat lagi ya….. Ha Ha HA PROYEK DI BULAN RAMADHAN YA SIDANG ISBAT

  26. Maju terus jamal….ndrongos

  27. sebagai peneliti Lapan, Thomas seharusnya juga mengikuti diskusi di kalangan peneliti astronomi internasional di banyak mailing list dan group melalui multi media. Dengan begitu, cakrawala berpikir yang dimiliki Thomas menjadi lebih luas. Apalagi, informasi tentang penetapan 1 Syawal banyak diberitakan di situs-situs resmi internasional.
    “Jangan mentang-mentang profesor astronomi, lalu merasa pendapatnya pasti benar. Kalau dia menganggap paling benar, lalu apakah semua profesor lain di negara-negara lain yang menyatakan berbeda dengan pendapat jamal jadi salah?”

  28. Alhamdulillah..
    Saya seorang Muhammadiyah, saya bangga dengan Muhammadiyah, Muhammadiyah adalah jalan bagi saya untuk Tuhan saya, tapi kesedihan saya hadir disini, walaupun saya pengurus kecil dari organisasi ini, saya malu dengan yang terjadi dalam tulisan-tulisan kecil ini. Muhammadiyah bagi saya sangat menjunjung tinggi kemanusiaan, bagi saya Muhammadiyah adalah salah satu pelopor pembaruan dinegeri ini.

    Untuk pak Djamal, silahkan bangun negeri ini dengan kemampuan bapak dalam bidang bapak, sayapun ingin negeri ini bersatu dalam semua bidang yang diridhoi Allah, saya sangat menyadari tidak ada satu metode yang benar-benar mutlak kebenarannya, semua yang memiliki ilmu yang sama dapat memiliki metode yang berbeda, hanya Allah yang mutlak. saya sangat mendukung langkah dan pemikiran bapak Djamal demi kemashlahatan umat dan negeri ini. saya sangat berharap semua dapat duduk bersama dengan tidak mengedepankan emosi semata, lanjutkan perjuangan bapak untuk mempersatukan umat ini tanpa menyakiti siapapun. lanjutkan demi bersatunyan umat yang mulia ini.

    untuk saudara-saudaraku Muhammadiyah, kita bukan kebenaran mutlak, tapi kita harus berusaha untuk menjadi benar dalam tuntunan Rasul dan hidayah Allah. ikutlah apa yang diteladankan, dicontohkan, dan disabdakan Rasul kita, Muhammad SAW. bukan menghujat seolah kita yang benar. bukan mengharapkan debat yang akan selalu mengedepankan emosi, bukan berfikir untuk kita sendiri, tetapi semua demi persaudaraan kita, persatuan kita, bersatulah kita semua atas nama Allah. semoga Allah akan membuka dan menerangi jalan bagi kita semua.amin.

    • Alhamdulillah..
      Saya seorang NU, saya bangga dengan NU, NU adalah jalan bagi saya untuk Tuhan saya, tapi kesedihan saya hadir disini, walaupun saya pengurus kecil dari organisasi ini, saya malu dengan yang terjadi dalam tulisan-tulisan kecil ini. NU bagi saya sangat menjunjung tinggi kemanusiaan, bagi saya NU adalah salah satu pelopor pembaruan dinegeri ini.
      Untuk pak Djamal, silahkan bangun negeri ini dengan kemampuan bapak dalam bidang bapak, sayapun ingin negeri ini bersatu dalam semua bidang yang diridhoi Allah, saya sangat menyadari tidak ada satu metode yang benar-benar mutlak kebenarannya, semua yang memiliki ilmu yang sama dapat memiliki metode yang berbeda, hanya Allah yang mutlak. saya sangat mendukung langkah dan pemikiran bapak Djamal demi kemashlahatan umat dan negeri ini. saya sangat berharap semua dapat duduk bersama dengan tidak mengedepankan emosi semata, lanjutkan perjuangan bapak untuk mempersatukan umat ini tanpa menyakiti siapapun. lanjutkan demi bersatunyan umat yang mulia ini.
      untuk saudara-saudaraku NU, kita bukan kebenaran mutlak, tapi kita harus berusaha untuk menjadi benar dalam tuntunan Rasul dan hidayah Allah. ikutlah apa yang diteladankan, dicontohkan, dan disabdakan Rasul kita, Muhammad SAW. bukan menghujat seolah kita yang benar. bukan mengharapkan debat yang akan selalu mengedepankan emosi, bukan berfikir untuk kita sendiri, tetapi semua demi persaudaraan kita, persatuan kita, bersatulah kita semua atas nama Allah. semoga Allah akan membuka dan menerangi jalan bagi kita semua.amin.

  29. Dari segi dalilnya pun, mendasarkan wujudul hilal dengan QS 36:40 sungguh tidak tepat, karena ayat itu merupakan satu kesatuan dengan QS 36:38-39 bahwa matahari dan bulan punya orbit masing-masing, seperti disimpulkan pada akhir QS 36:40.

    Argumentasi dalam level seperti ini selalu diulang-ulang tanpa jemu, hanya menunjukkan bahwa Pak Djamaluddin memang hanya berbicara menggunakan keyakinan, dengan cara mengesampingkan logika seorang ilmuwan.

    39:5 Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

    55:5 Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.

    6:96 Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

    Saya kira cukup jelas ditegaskan bahwa peredaran matahari sebagai perhitungan. Orbit hanya bisa dikaitkan dengan adanya sebuah peredaran, dan peredaran yang dipakai untuk perhitungan pastilah mempunyai siklus yang diketahui sebagai satuan bilangan waktu. Secara astronomi, orbit matahari adalah mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti dalam 225-250 milyar tahun (teoritis). Kebudayaan manusia yang mana yang bisa menggunakan siklus ini sebagai perhitungan waktu? Apakah logis peredaran matahari yang selalu dikaitkan dengan perhitungan serta fenomena siang & malam adalah peredaran dengan orbit yang tiada satu manusiapun yang bisa mengobservasi siklusnya?

    Sekali lagi, meskipun adanya klaim bahwa kitab suci pasti benar, manusia hanya bisa memahami lewat interpretasi yang tidak ada jaminan bebas kesalahan ataupun distorsi makna. Saya tidak mencoba bilang kalau penafsiran di atas paling benar, tetapi saya hanya ingin menunjukkan bahwa penafsiran subjektif Pak Djamaluddin tidak serta merta bisa menganulir penafsiran pihak lain, yang mungkin juga tidak kalah subjektifnya.

    • “Berpuasalah kalian karena melihatnya dan akhiri puasa karena melihatnya.Sesungguhnya kami ini masyarakat buta huruf, tidak dapat menulis dan menghitung (ilmu perbintangan), jumlah hari- hari dalam sebulan adalah begini dan begini (sambil memberi isyarat dengan kedua tangannya), yakni kadang 29 dan kadang 30 hari. (HR. Bukhari III/25 dan Muslim III/124).

      • Kalau pingin bisa bersatu umat islam di Indonesia itu gampang, mulailah pada idul Adha jangan sampai seperti tahun 2011 Pemerintah ketinggalan satu hari, benar2 lokal, kalau sudah kaya gitu itu umat jadi tahu hitunganya yg benar yg mana? Apakah beda satu hari itu juga masukan dari P Jamal kepada Pemerintah?

      • Kalau saya jadi P djamal saya akan berusaha untuk mengilmiahkan wujudul hilal karena dengan mencari pendekatan empiris dg ilmu yg sdh dikuasai dg berpijak pada parameter2 nya dan insya Allah bisa. Sayangnya saya bukan beliau.

      • Mencoba mengilmiahkan sesuatu yang tidak ilmiah berarti membangun pseudosains, alias sains semu. Itulah yang terjadi pada wujudul hilal. https://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/11/04/hisab-wujudul-hilal-muhammadiyah-menghadapi-masalah-dalil-dan-berpotensi-menjadi-pseudosains/

      • Penetapan Penanggalan Hijriyah itu terkait HANYA DENGAN SAINS saja…
        Tapi terkait dengan :
        – Urusan Agama
        – Urusan Sosial
        – Urusan Politik
        – Urusan Peradaban
        – Urusan Administrasi
        – Urusan Ekonomi dll

        Penetapan Penanggalan Hijiriyah itu BUKAN URUSAN LOKAL, selama ini Kesepakatan-kesepakatan yang dibuat Tidak Ada Satupun yang memberikan Solusi untuk Kalender Global yang dipakai sama untuk seluruh dunia… makanya Urusan Kalender Hijriyah tidak pernah beres-beres…

        Saya berharap LAPAN, Muhammadiyah, NU, Persis, dll bisa secepatnya masing-masing memberi solusi Kalender Hijriyah Global yang benar-benar bisa digunakan sama di seluruh dunia…
        Inilah kuncinya sebenarnya : “KALENDER YANG BENAR-BENAR BISA DIGUNAKAN SAMA DI SELURUH DUNIA”…
        Di luar kata kunci ini, sejuta solusi pun tidak akan ada satu pun yang bisa digunakan… Orang pada akhirnya akan tetap bikin kalender Hijriyah masing-masing… Kalau sudah begini “Selamat Tinggal Kesatuan Kalender Hijriyah”…

      • @Djamaluddin
        Logika dan keilmiahan yang dibatasi atau bahkan dilandasi oleh keyakinan melalui penafsiran kitab suci tidak pernah sesuatu yang ilmiah. Silakan keluar dari sekat-sekat agama kalau ingin jujur bahwa anda benar-benar berbicara secara ilmiah.

      • Kalau Penetapan Kalender Qomariyah diserahkan kepada Hanya Perhitungan Ilmiah,

        Dengan :
        – Batas periode bulan lama dan periode bulan baru adalah Konjungsi (Ijtima)
        – Batas hari lama dan hari baru adalah saat Magrib (terbenam matahari),

        MAKA :
        Kriteria Ijtima Qoblal Ghurub pun SUDAH CUKUP untuk menetapkan awal bulan Hijriyah…

        Hanya sayang, umat Islam sekarang (tokoh-tokohnya) kebanyakan lebih senang mempersulit diri sendiri… makanya umat Islam sekarang dipersulit oleh Alloh swt, di mana-mana Islam dilecehkan tanpa bisa umat Islam bisa bertindak apa-apa,,,
        Di Rohingya dibantai, umat Islam cuma bisa ngelus dada dan menghimbau, di Timteng diobok-obok Barat, mau saja; di Cina diperlakukan tidak adil oleh Pemerintah Komunis; umat Islam sedunia anteng-anteng saja…
        Beginilah nasib umat yang senang mempersulit diri sendiri, seperti Bani Israel dahulu zaman Nabi Musa as…

  30. Ralat :
    Penetapan Penanggalan Hijriyah itu terkait HANYA DENGAN SAINS saja…

    Seharusnya :
    Penetapan Penanggalan Hijriyah itu terkait TIDAK HANYA DENGAN SAINS saja…

  31. Salam. Pak Thomas, sebelumnya mohon maaf lahir dan bathin. Mungkin Pak Thomas bisa baca salah satu tulisan di Majalah Suara Muhammadiyah terbaru, yang ditulis oleh Prof. Dr. Syamsul Anwar. disana dinyatakan bahwa kenapa Umat Islam dalam usianya yang 1,5 millenium ini belum bisa membuat kalender internasional, karena umat Islam masih berpegang pada rukyat.. Kalau umat Islam hanya berpegang pada hisab dan meninggalkan rukyat yang telah usang, insya Allah umat Islam bisa mempunyai kalender hijriah internasional seperti halnya kalender masehi.

    • menurut saya tidak adil kalau hanya muhammadiyah yang diklaim superior, menurut saya semua pihak superior, apakah karena muhammadiyah menjadi oposan menghadapi pemerintah yang meinstream sehingga saat konsisten terhadap pendapatnya muhammadiyah dianggap superior? kalau Muhammadiyah jadi pemerintah, dan pak thomas yang jadi oposan,maka pihak muhammadiyah pun akan mengatakan pak thomas superior karena ngotot melawan rezim yang berkuasa.. mohon direnungkan..

    • Ass wr wb.
      Haqqulyaqin pd Al Qur’an dan Hadist (dalil2 syar’I) adalah bagian dari RUKUN IMAN bagi umat muslim, karena itu mengikuti tuntunan dalil syar’i adalah mutlak, sedangkan usaha mengkaji dalil syar’i dg mencari pembenarannya berdasarkan logika dan iptek adalah dakwah Islamiah.
      Mencari pembenaran atas dalil2 syar’i sudah tentu akan menggunakan “akal pikiran”, sehingga apabila akal pikiran yang “terbatas” belum mampu menguak tabir misteri dalil syar’i maka tetaplah pada jalur IMAN yaitu tetap haqqulyaqin pada kebenaran dalil syar’i dan berdoa semoga Allah SWT menurunkan hidayahNYA.
      Meninggalkan dalil syar”i akibat “keterbatasan” akal pikiran dlm memainkan logika, sama artinya dg tindakan putus asa dalam menjaga IMAN yang akan berujung pada “lunturnya” IMAN.
      IMAN memang “menuntut” agar umat muslim menyadari bahwa akal pikiran manusia itu “tidak ada apa2nya” dibandingkan dengan kebenaran yg datang dr Allah SWT.

      Komunitas astronom internasional boleh saja sepakat dengan Teori Newmoon yg diajarkan dibangku sekolah/kuliah yg menyatakan bahwa “akhir bulan” adalah saat konjungsi/ijtimak yaitu saat “puncak bulan mati”.
      Namun para astronom muslim harus sadar bahwa Teori Newmoon itu “tidak Islami” karena tidak sesuai dg dalil syar’i yang mengisyaratkan bahwa “akhir bulan hijriyah” adalah saat “berakhirnya bulan mati” yg ditandai dg adanya “penampakan hilal”. Disamping itu, diisyaratkan pula bahwa pergantian hari/tanggal dan bulan adalah pd saat magrib.

      Karena itu, tgl 19 Juli 2012 sebelum magrib adalah merupakan hari ke 29 bln Syakban 1433 dimana dilaksanakan rukyatul hilal. Dan karena saat itu tidak ada penampakan hilal, maka bulan Syakban 1433 digenapkan menjadi 30hr, sehingga tgl 19 Juli 2012 magrib sampai dengan tgl 20 Juli 2012 magrib adalah hari ke 30 bln Syakban 1433,.
      Dengan demikian, mulai tgl 20 Juli 2012 magrib hingga tgl 21 Juli 2012 magrib adalah tgl 1 Ramadhan 1433, sehingga sholat tarawih dilakukan mulai pd tgl 20 Juli 2012 malam hari dan makan sahur serta puasa dilakukan mulai tgl 21 Juli 2012 pagi hari.

      Mengenai Idul Fitri, tgl 18 Agustus 2012 sebelum magrib adalah merupakan hari ke 29 bln Ramadhan 1433 dimana akan dilaksanakan rukyatul hilal.

      Pd tgl 18 Agustus 2012 magrib ketika dilaksanakan rukyatul hilal ternyata ada penampakan hilal, maka tgl 18 Agustus 2012 magrib sampai 19 Agustus 2012 magrib adalah tgl 1 Syawal 1433 (Idul Fitri), sehingga takbir dilaksanakan mulai tgl 18 Agustus 2012 magrib dan sholat Ied dilaksanakan pagi hari tgl 19 Agustus 2012.

      Seandainya pada saat rukyatul hilal tgl 18 Agustus 2012 ternyata tidak ada penampakan hilal, maka bulan Ramadhan 1433 digenapkan menjadi 30hr sehingga tgl 18 Agustus 2012 magrib sampai dengan tgl 19 Agustus 2012 magrib adalah hari ke 30 bln Ramadhan 2012, sedangkan tgl 19 Agustus 2012 magrib s.d. 20 Agustus 2012 magrib adalah tgl 1 Syawal1433. Jika demikian, maka takbir dilaksanakan mulai tgl 19 Agustus 2012 magrib dan sholat Ied dilaksanakan pada pagi hari tgl 20 Agustus 2012.

      Jadi, rukyatul hilal “bukan penghalang” pembuatan kalender hijriyah, justru yang ada adalah kalender yg disusun dg menggunakan “metode hisab yg tidak akurat” sehingga awal bulannya tidak cocok dg hasil rukyatul hilal yaitu penampakan hilal.
      Kalau metode hisab yg digunakan menyusun kalender hijriyah benar2 akurat, maka awal bulannya tidak akan meleset dari hasil rukyatul hilal (penampakan hilal).
      Kenapa Umat Islam dalam usianya yang 1,5 millenium ini belum bisa membuat kalender internasional, adalah bukan karena umat Islam masih berpegang pada rukyat, melainkan karena banyaknya metode hisab yg digunakan menyusun kalender hijriyah yg berbeda2 dimana masing2 bersikukuh dg kebenarannya meskipun sering tidak cocok dg tuntunan dalil syar’i yaitu hasil rukyatul hilal (penampakan hilal)
      Karena kalender hijriyah adalah hasil kesepakatan maka tidak akan pernah ada kalender hijriyah selama pemikiran para penyusun kalender hijriyah tidak berada pada satu jalur keyakinan yaitu IMAN pd Al Qur’an dan Hadist (dalil2 syar’i).

      Wass wr wb.

      • bambang, ente nulisnya panjang tapi juga gak mutu. dalil apa yang ente pake yang menunjukkan bahwa hisab juga gak syar’i ?

      • Ass wr wb.
        Mas riy, mohon dicermati kembali postingan saya. Saya tidak pernah mengatakan bahwa “hisab” itu ‘gak syar”i”, melainkan yang sering saya tulis adalah bahwa diantara sekian banyak metode hisab yg ada, diantaranya ada yang “gak syar’i” yaitu metode hisab yg awal bulan hijriyahnya bukan ditentukan berdasarkan ketentuan dalil syar’i yaitu PENAMPAKAN HILAL.
        Sebagai contoh adalah Metode hisab yg awal bulannya ditentukan berdasarkan ijtimak/konjungsi yg notabene tidak sesuai dg tuntunan dalil syar’i sehingga “gak syar’i”.
        Wass wr wb.

      • Kalau cara berpikir pak Bambang dkk seperti itu, maka :
        Metoda Aul Zaid bin Tsabit ra dalam Hukum Waris pun itu “gak syar’i” 🙂 …

        Sebab Metoda Aul :
        – tidak pernah dicontohkan Nabi dan
        – yang TerSUrat dalam Al Quran pun angka jatah waris nya itu tidak seperti angka hasil Metoda Aul…

        .

        Adanya Kriteria Ijtima’ Qoblal Ghurub di kalangan Umat Islam zaman dahulu, itu adalah Bukti bahwa :

        Ketika yang dibicarakan adalah Metoda Penentuan Awal Bulan Hijriyah secara Hisab Astronomi, maka Sudah tidak lagi dibicarakan masalah Visibilitas Hilal (Keterlihatan Hilal oleh Mata Manusia)…

        .

        Kriteri Imkan Rukyat pun yang sekarang dicoba diusulkan oleh para Ahli Astronomi Islam seperti pak Thomas dll, tidak lain tidak bukan hanyalah suatu solusi agar bisa bertemunya antara Pemegang Hisab dengan Pemegang Rukyat…

      • Ass wr wb.
        Pak Ivan, pemahaman saya mengenai Metoda Aul adalah bahwa metode tsb tidak bertentangan dg dalil syar’i, karena Metode Aul hanyalah sarana pelengkap agar “angka2” pembagian waris dalam Al Qur’an dapat diterapkan. Jadi Metode Aul tetap menggunakan angka2 pembagian waris dalam Al Qur’an sebagai dasar.

        Berikut ini komentar yg pernah disampaikan pak Ivan :
        Ahli Waris yang ada… kebetulan hanyalah :
        – 2 orang sdr pr ( jatah warisnya = 2/3)
        – suami (jatah warisnya =1/2)
        Dalam Al Quran jelas banget yang nama nya 2 sdr pr itu adalah 2/3… bukan angka lain…
        si suami adalah 1/2… Bukan angka lain..
        2/3 + 1/2 adalah 1 + 1/3…
        Dari mana kita dapat yang 1/3 nya…
        Pinjam ke tetangga ?….

        Sedangkan yg saya pahami adalah bahwa angka2 pembagian waris dlm Al Qur’an tetap digunakan, yaitu :
        – 2/3 bagian untuk 2 org saudara perempuan.
        – 1/2 bagian untuk suami.
        Karena 2/3 + 1/2 = 4/6 + 3/6 = 7/6, dimana 7/6 bagian adalah 1 1/6 bagian yg berarti melebihi jumlah warisan yg ada (1 bagian), maka digunakanlah Metode Aul untuk penerapannya sbb. :
        Jumlah bagian warisan sebesar 7/6 (1 1/6 bagian) itu di Aul menjadi 7/7 (1 bagian) yaitu menyesuaikan “penyebut”nya (angka 6) menjadi sama dengan “pembilang”nya (angka 7).
        Kemudian angka bagian waris masing2 penerima waris juga disesuaikan “penyebut”nya menjadi sbb :
        – utk 2 saudara perempuan dari 2/3 bagian = 4/6 bagian disesuaikan menjadi 4/7 bagian.
        – utk suami dari 1/2 bagian = 3/6 bagian disesuaikan menjadi 3/7 bagian.
        Sehingga jumlahnya adalah 4/7 + 3/7 = 7/7 bagian adalag “pas” 1 bagian tidak lebih tidak kurang.

        Kemudian mengenai Kriteria Ijtima’ Qoblal Ghurub yg pernah ada pd masa dulu, itu merupakan solusi yg tidak sesuai dg dalil syar’i karena mengabaikan salah satu ketentuan dalil syar’i yaitu hadist yg mengatakan ………….berpuasalah jika melihat hilal…………
        Dan usul2 metode hisab dg kriteria yg lain, sepanjang masih berlandaskan pada dalil syar’i yg UTUH (tdk ada yg diabaikan) maka itu dapat dipertimbangkan asal “keakuratannya” terjamin, yaitu setiap awal bulannya harus tidak meleset dari hasil rukyat (penampakan hilal).
        Jadi “bertemunya” hisab dg rukyat adalah pada saat awal bulan berdasarkan hisab “sesuai” dg penampakan hilal hasil rikyat.
        Wass wr wb.

  32. Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang Ummi ( tidak bisa tulis baca ) namun Alloh telah membekali Nabi SAW ilmu astronomi walau secara global dengan sabda beliau bahwa mengawali Puasa dengan melihat hilal dan mengawali Hari Raya dengan melihat hilal dan menyempurnakan akhir bulan menjadi 30 hari apabila hilal terhalang, menurut saya bahwa sebenarnya Nabi SAW sudah mengisyaratkan kepada umatnya untuk terus menerus mengamati/memantau ( observasi ) hilal dimana hasil pengamatan/pantauan itu sebagai bahan evaluasi yang kemudian oleh ahli ilmu falak/astronomi hasil pengamatan yang terus menerus tiu dirumuskan sebagai menjadi dasar perhitungan/hisab “ inilah ringkasan dari berapa metode hisab : “http://rukyatulhilal.org/visibilitas/indonesia/1433/ramadhan/index.html
    1. Menurut Kriteria Rukyat Hilal ( Teori Visibilitas Hilal )
    Teori Visibilitas Hilal terbaru telah dibangun oleh para astronom dalam proyek pengamatan hilal global yang dikenal sebagai Islamic Crescent Observation Project (ICOP) berpusat di Yordania berdasar pada sekitar 700 lebih data observasi hilal yang dianggap valid. Teori ini menyatakan bahwa hilal hanya mungkin bisa dirukyat jika jarak sudut Bulan dan Matahari minimal 6,4° (sebelumnya 7°) yang dikenal sebagai “Limit Danjon”. Kurva Visibilitas Hilal sebagai hasil perhitungan teori tersebut mengindikasikan bahwa untuk wilayah sekitar Katulistiwa (Indonesia) hilal baru mungkin dapat dirukyat menggunakan mata telanjang minimal pada ketinggian di atas 6°. Di bawah itu hingga ketinggian di atas 4° diperlukan alat bantu penglihatan seperti teleskop dan sejenisnya.
    Melihat lokasi Indonesia menurut peta visibilitas di atas sesuai dengan teori visibilitas hilal maka seluruh wilayah Indonesia mustahil hilal dapat dirukyat pada hari rukyat atau hari pertama ijtimak sore setelah Matahari terbenam. Hilal baru mungkin bisa dirukyat pada H+1 saat ketinggiannya mencapai 13°. Sehingga menurut kriteria ini awal bulan akan jatuh pada:

    Sabtu, 21 Juli 2012

    Nahdlatul Ulama (NU) yang menggunakan rukyat sebagai dasar penentuan awal bulan masih mengakui kesaksian rukyat asalkan ketinggiannya di atas batas imkanurrukyat 2° bahkan hanya dengan mata telanjang. Sementara dalam penyusunan kalendernya NU menggunakan kriteria imkanurrukyat 2° tanpa syarat elongasi dan umur Hilal.

    2. Menurut Kriteria Hisab Imkanur Rukyat
    Pemerintah RI melalui pertemuan Menteri-menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) menetapkan kriteria yang disebut Imkanurrukyat yang dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan bulan pada Kalender Islam negara-negara tersebut yang menyatakan :

    Hilal dianggap terlihat dan keesokannya ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah berikutnya apabila memenuhi salah satu syarat-syarat berikut:
    (1)• Ketika Matahari terbenam, ketinggian Bulan di atas horison tidak kurang dari 2° dan
    (2). Jarak lengkung Bulan-Matahari (sudut elongasi) tidak kurang dari 3°. Atau
    (3)• Ketika Bulan terbenam, umur Bulan tidak kurang dari 8 jam selepas konjungsi/ijtimak berlaku.

    Kriteria inilah yang menjadi pedoman Pemerintah RI untuk menyusun kalender Taqwim Standard Indonesia yang digunakan dalam penentuan hari libur nasional secara resmi. Dengan kriteria ini pula keputusan Sidang Isbat Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah “bisa ditebak hasilnya”. Ormas Persatuan Islam (Persis) belakangan telah mengadopsi kriteria ini sebagai dasar penetapan awal bulannya. Belakangan kriteria ini hanya dipakai oleh Indonesia dan Malaysia sementara Singapura menggunakan Hisab Wujudul Hilal dan Brunei Darussalam menggunakan Rukyatul Hilal berdasar Teori Visibilitas.

    Menurut Peta Ketinggian Hilal tersebut, pada hari pertama ijtimak syarat Imkanurrukyat MABIMS belum terpenuhi sehingga awal bulan jatuh pada :

    Sabtu, 21 Juli 2012

  33. paaaak…. sy lahir 21 mei 1985, hari selasa apa ya pak tepatnya?? mhon informasinya ya pak…

Tinggalkan komentar