Ulasan Astronomi #2024-045: Visualisasi Posisi Hilal Awal Dzulhijjah 1445

Seperti apa gambaran posisi hilal di Mekkah dan Jakarta dalam penentuan awal Dzulhijjah 1445? Kapankah kemungkinan wukuf dan idul adha 1445?

Catatan Sejarah Pembangunan Observatorium Nasional Timau

Thomas Djamaluddin

Deputi Sains LAPAN (2011 – 2014)

Kepala LAPAN (2014 – 2021)

Sekitar 2013, saat saya menjadi Deputi Sains LAPAN, datang perwakilan Prodi Astronomi ITB membawa usulan pembangunan observatorium di Gunung Timau, Kupang. Sebagai astronom, saya faham semua alasan yang disampaikan. Pada pokoknya, alasan utamanya adalah sebagai berikut:

  1. Perlu ada observatorium baru yang melengkapi keberadaan observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat.
  2. Wilayah Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah yang paling kering dengan malam cerah yang paling panjang dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia.
  3. Kawasan gunung Timau masih tergolong gelap (jauh dari polusi cahaya) namun mudah dicapai dari Kupang sehingga memudahkan operasional observatorium.

Usulan itu langsung saya setujui dan saya sampaikan dalam Rapat Pimpinan LAPAN. Rapat Pimpinan juga setuju untuk mengusulkan pembangunan Observatorium Nasional dalam usulan rancangan RPJMN teknokratik 2015 – 2019 dan draft Rencana Strategis LAPAN 2015 – 2019. Kebetulan astrofisika menjadi salah satu amanat dalam Undang-undang Keantariksaan yang baru disahkan pada 2013. Astrofisika termasuk dalam rumpun Sains Antariksa yang merupakan salah satu dari lima kegiatan keantariksaan.

Februari 2014 saya dilantik menjadi Kepala LAPAN. Maka usulan pembangunan Observatorium Nasional dimatangkan dengan menambahkan alasan strategis “pemberdayaan kawasan Timur Indonesia”, selain alasan saintifik, sesuai dengan prioritas pembangunan Indonesia. Penyusunan rencana rinci dilakukan LAPAN bersama tim ITB. Untuk menyiapkan pelaksanaannya, dilakukan penandatangan Nota Kesepahaman LAPAN dengan ITB, Undana, dan Pemerintah Kabupaten Kupang. Teleskop dipilih teleskop generasi baru yang baru dikembangkan Universitas Kyoto, Jepang. Teleskop berukuran 3,8 meter yang pertama baru saja dibangun di Okayama. Teleskop seperti itu akan menjadi teleskop terbesar di Asia Tenggara. Sebelumnya, teleskop terbesar ada di Thailand berukuran sekitar 2 meter.

Difasilitasi Pemkab Kupang juga dilakukan musyawarah dengan tokoh-tokoh adat Amfoang di sekitar Gunung Timau. Juga dilakukan koordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan karena kawasan Gunung Timau termasuk hutan lindung. Dengan Kementerian PUPR juga dilakukan koordinasi karena jalan akses ke Gunung Timau masih sangat buruk. Untuk membawa kelengkapan kubah dan teleskop pihak perusahaan Jepang menghendaki jalan yang mulus untuk keselamatan peralatan, terutama cermin yang sangat sensitif.

Kondisi jalan menuju Gunung Timau pada 2016. Pada musim hujan kadang ada kendaraan yang terjebak di jalan yang amblas.
Lokasi pembangunan Observatorium Nasional di kaki Gunung Timau (2016).

Alhamdulillah, tokoh-tokoh adat Amfoang sangat mendukung pembangunan Observatorium Nasional (Obsnas) Timau. Pada saat pencanangan Kawasan Obervatorium Nasional dan Taman Nasional Langit Gelap pada 2018, tokoh adat yang memberi sambutan menyatakan dibukanya Observatorium Nasional Timau menjadikan wilayah Amfoang seperti baru merdeka. Sebelumnya wilayah tersebut sangat terisolasi dengan transportasi kendaraan yang jarang. Terutama karena masalah jalan yang buruk. Ada ruas jalan harus melalui sungai karena belum ada jembatan.

LAPAN menyediakan anggaran sekitar Rp 300 milyar selama tiga tahun (2019 – 2021) untuk pembangunan Obsnas. Sebagian ruas jalan diperbaiki oleh Pemprov NTT. Selebihnya, sampai lokasi Obsnas Kementerian PUPR yang melaksanakan perbaikan jalan dan jembatan. Pandemi Covid pada 2020 – 2022 yang melanda secara global menghambat penyelesaian perbaikan jalan dan penyelesaian pembuatan teleskop di Jepang. Namun, alhamdulillah akhirnya jalan tuntas pada 2022 dan pembangunan kubah bisa dilaksanakan. Bangunan utama kubah teleskop selesai pada 2023.

Jalan menuju Gunung Timau sudah sangat mulus (2023).
Kubah teleskop pada tahap penyelesaian (2023).
Pemasangan teleskop (2024)
Pemasangan teleskop dan sebagian cermin (2024)
Kubah dan teleskop telah terpasang (2024). Menunggu penyelesaian akhir pemasangan cermin utama dan sistem kamera.

Penentuan Arah Kiblat

Thomas Djamaluddin

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, BRIN

Anggota Tim Hisab Rukyat, Kemenag RI